Rabu, 09 November 2016

Hadits Tentang Wanita

Hadits Tentang Wanita

Hadits adalah perkataan dan perbuatan dari Nabi Muhammad SAW. Hadits sebagai sumber hukum dalam agama Islam memiliki kedudukan kedua pada tingkatan sumber hukum di bawah Al-Qur'an. Berikut ini adalah beberapa hadits yang berkaitan dengan wanita yang dirangkum dari berbagai sumber. Semoga dengan mengetahui dan mengamalkan hadits-hadits ini, kita dapat mejadi orang yang lebih baik. Wallahu A'lam Bishawab :)

1. Abdullah bin Amr radhiallahu ‘anhuma meriwayatkan sabda Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam:

"Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah." (HR. Muslim no. 1467)

2. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Umar ibnul Khaththab radhiallahu'anhu:

"Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan mentaatinya, dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya." (HR. Abu Dawud no. 1417. Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah berkata dalam Al-Jami’ush Shahih 3/57: "Hadits ini shahih di atas syarat Muslim.")

3. Berkata Al-Qadhi ‘Iyyadh rahimahullah:

"Tatkala Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan kepada para sahabatnya bahwa tidak berdosa mereka mengumpulkan harta selama mereka menunaikan zakatnya, beliau memandang perlunya memberi kabar gembira kepada mereka dengan menganjurkan mereka kepada apa yang lebih baik dan lebih kekal yaitu istri yang shalihah yang cantik (lahir batinnya) karena ia akan selalu bersamamu menemanimu.

Bila engkau pandang menyenangkanmu, ia tunaikan kebutuhanmu bila engkau membutuhkannya. Engkau dapat bermusyawarah dengannya dalam perkara yang dapat membantumu dan ia akan menjaga rahasiamu. Engkau dapat meminta bantuannya dalam keperluan-keperluanmu, ia mentaati perintahmu dan bila engkau meninggalkannya ia akan menjaga hartamu dan memelihara/mengasuh anak-anakmu." (‘Aunul Ma‘bud, 5/57)

4. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah pula bersabda:

"Empat perkara termasuk dari kebahagiaan, yaitu wanita (istri) yang shalihah, tempat tinggal yang luas/ lapang, tetangga yang shalih, dan tunggangan (kendaraan) yang nyaman. Dan empat perkara yang merupakan kesengsaraan yaitu tetangga yang jelek, istri yang jelek (tidak shalihah), kendaraan yang tidak nyaman, dan tempat tinggal yang sempit." (HR. Ibnu Hibban dalam Al-Mawarid hal. 302, dishahihkan Asy-Syaikh Muqbil dalam Al-Jami’ush Shahih, 3/57 dan Asy-Syaikh Al Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 282)

5. Ketika Umar ibnul Khaththab radhiallahu'anhu bertanya kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam:

"Wahai Rasulullah, harta apakah yang sebaiknya kita miliki?" Beliau Shallallahu'alaihi wa sallam menjawab:

"Hendaklah salah seorang dari kalian memiliki hati yang bersyukur, lisan yang senantiasa berdzikir dan istri mukminah yang akan menolongmu dalam perkara akhirat." (HR. Ibnu Majah no. 1856, dishahihkan Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Shahih Ibnu Majah no. 1505)

6. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda bagi lelaki yang ingin menikah:

"Wanita itu dinikahi karena empat perkara yaitu karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah olehmu wanita yang punya agama, engkau akan beruntung." (HR. Al-Bukhari no. 5090 dan Muslim no. 1466)

7. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

"Wanita (istri) shalihah adalah yang taat lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada dikarenakan Allah telah memelihara mereka." (An-Nisa: 34)

8. Al Bukhori meriwayatkan dari Abu Hurairah rodhiallohu anhu dari Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, yang artinya:

"Barangsiapa yang beriman kepada Alloh dan hari Akhir, janganlah ia mengganggu tetangganya, dan berbuat baiklah kepada wanita. Sebab, mereka diciptakan dari tulang rusuk, dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atasnya. Jika engkau meluruskannya. Maka engkau mematahkannya dan jika engkau biarkan, maka akan tetap bengkok. Oleh karena itu, berbuatlah baik kepada wanita." (HR. Bukhori dan Muslim)

9. Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di rahimahullah berkata:

"Tugas seorang istri adalah menunaikan ketaatan kepada Rabbnya dan taat kepada suaminya, karena itulah Allah berfirman:

"Wanita shalihah adalah yang taat," yakni taat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, "Lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada." Yakni taat kepada suami mereka bahkan ketika suaminya tidak ada (sedang bepergian), dia menjaga suaminya dengan menjaga dirinya dan harta suaminya." (Taisir Al-Karimir Rahman, hal.177)

10. Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:

"Apabila seorang wanita shalat lima waktu, puasa sebulan (Ramadhan), menjaga kemaluannya dan taat kepada suaminya, maka dikatakan kepadanya: Masuklah engkau ke dalam surga dari pintu mana saja yang engkau sukai." (HR. Ahmad 1/191, dishahihkan Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Shahihul Jami’ no. 660, 661)

11. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

"Maukah aku beritahukan kepada kalian, istri-istri kalian yang menjadi penghuni surga yaitu istri yang penuh kasih sayang, banyak anak, selalu kembali kepada suaminya. Di mana jika suaminya marah, dia mendatangi suaminya dan meletakkan tangannya pada tangan suaminya seraya berkata:

"Aku tak dapat tidur sebelum engkau ridha."
(HR. An-Nasai dalam Isyratun Nisa no. 257. Silsilah Al-Ahadits Ash Shahihah, Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah, no. 287)

12. Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:

"Tidak halal bagi seorang istri berpuasa (sunnah) sementara suaminya ada (tidak sedang bepergian) kecuali dengan izinnya". (HR. Al-Bukhari no. 5195 dan Muslim no. 1026)

13. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersabda:

"Allah tidak akan melihat kepada seorang istri yang tidak bersyukur kepada suaminya padahal dia membutuhkannya." (HR. An-Nasai dalam Isyratun Nisa. Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 289)

14. Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:
"Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidurnya lalu si istri menolak (enggan) melainkan yang di langit murka terhadapnya hingga sang suami ridha padanya." (HR. Muslim no.1436)

15. Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:

"Apabila seorang istri bermalam dalam keadaan meninggalkan tempat tidur suaminya, niscaya para malaikat melaknatnya sampai ia kembali (ke suaminya)." (HR. Al-Bukhari no. 5194 dan Muslim no. 1436)

16. Ahmad dari Abu Hurairoh rodhiallohu anhu dari Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, yang artinya:

"Wanita itu diciptakan dari tulang rusuk, jika kamu meluruskannya. Maka kamu mematahkannya. Jadi, berlemah lembutlah terhadapnya, maka kamu akan dapat hidup bersamanya.” (HR Hakim, shohih)

17. Kisah wanita yang akan berangkat menunaikan shalat 'ied, ia tidak memiliki jilbab, maka diperintah oleh Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam:

"Hendaknya Saudarinya meminjaminya Jilbab untuknya." (HR. Bukhari No. 318).

18. Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda di akhir kehidupannya, dan hal itu terjadi pada haji Wada’:

"Ingatlah, berbuat baiklah kepada wanita. Sebab, mereka itu (bagaikan) tawanan di sisi kalian. Kalian tidak berkuasa terhadap mereka sedikit pun selain itu, kecuali bila mereka melakukan perbuatan nista. Jika mereka melakukannya, maka tinggalkanlah mereka di tempat tidur mereka dan pukul lah mereka dengan pukulan yang tidak melukai.

Jika ia mentaati kalian, maka janganlah berbuat aniaya terhadap mereka. Mereka pun tidak boleh memasukkan siapa yang tidak kalian sukai ke tempat tidur dan rumah kalian. Ketahuilah bahwa hak mereka atas kalian adalah kalian berbuat baik kepada mereka (dengan mencukupi) pakaian dan makanan mereka." (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah, shohih)

19. Ummu Salamah berkata:
"Wahai Rasulullah, bagaimana wanita berbuat dengan pakaiannya yang menjulur ke bawah?"

Beliau bersabda:

"Hendaklah mereka memanjangkan satu jengkal",
lalu ia bertanya lagi:
"Bagaimana bila masih terbuka kakinya?"
Beliau menjawab:

"Hendaknya menambah satu hasta, dan tidak boleh lebih". (HR. Tirmidzi 653 dan berkata: "Hadits hasan shahih").

20. Aisyah berkata,
"Aku bertanya kepada Rasulullah, siapakah yang lebih besar haknya terhadap wanita?"
Jawab Rasulullah,
"Suaminya. "
"Siapa pula yang berhak terhadap lelaki?"
Jawab Rasulullah,
"Ibunya."

21. Hadits yang diriwayatkan dari Sa’ad rodhiallohu anhu bahwa Rosululloh shollallohu'alaihi wa salam bersabda padanya:

"Apapun yang engkau berikan berupa suatu nafkah kepada keluargamu, maka engkau diberi pahala, hingga sampai sesuap makanan yang engkau angkat (masukkan) ke mulut istrimu." (HR Bukhori Muslim)

22. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, yang artinya:

"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya…" (QS Ar Ruum: 21)

22. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, yang artinya:

"Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min:

"Hendaklah mereka menjulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang." (QS. Al-Ahzab: 59).

23. Al-Hushain bin Mihshan rahimahullahu menceritakan bahwa bibinya pernah datang ke tempat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam karena satu keperluan. Seselesainya dari keperluan tersebut, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadanya:
"Apakah engkau sudah bersuami?"

Bibi Al-Hushain menjawab:
"Sudah."
"Bagaimana (sikap) engkau terhadap suamimu?" tanya Rasulullah lagi.
Ia menjawab:
"Aku...
tidak pernah mengurangi haknya kecuali dalam perkara yang aku tidak mampu."

Rasulullah bersabda:
"Lihatlah di mana keberadaanmu dalam pergaulanmu dengan suamimu, karena SUAMIMU ADALAH SURGA DAN NERAKAMU."
(HR. Ahmad 4/341 dan selainnya, lihat Ash-Shahihah no. 2612)

24. Di dalam kisah gerhana matahari yang mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para shahabatnya melakukan shalat gerhana padanya dengan shalat yang panjang, beliau melihat surga dan neraka. Ketika beliau melihat neraka beliau bersabda kepada para shahabatnya:

"… Dan aku melihat NERAKA maka tidak pernah aku melihat pemandangan seperti ini sama sekali, aku melihat kebanyakan penduduknya adalah kaum WANITA."

Para shahabat pun bertanya:
"Wahai Rasulullah, Mengapa (demikian)?"

Beliau menjawab:
"Karena kekufuran mereka."

Kemudian mereka bertanya lagi:
"Apakah mereka kufur kepada Allah?"

Beliau menjawab:
"Mereka kufur (durhaka) terhadap suami-suami mereka, kufur (ingkar) terhadap kebaikan-kebaikannya. Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) niscaya dia akan berkata: ‘Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu."
(HR. Bukhari dari Ibnu Abbas radliyallahu 'anhuma)

25. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:
"Ada dua kelompok termasuk ahli neraka, aku belum pernah melihatnya:

Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi, mereka memukul manusia dengan cambuknya, dan wanita yang kasiyat (berpakain tapi telanjang baik karena tipis, atau pendek yang tidak menutup semua auratnya), Mailat mumilat (bergaya ketika berjalan, ingin diperhatikan orang) kepala mereka seperti punuk onta yang berpunuk dua.

Mereka tidak masuk surga dan tidak mendapatkan baunya padahal bau surga itu akan didapati dari sekian dan sekian (perjalanan 500 tahun)." (HR. Muslim 3971, Ahmad 8311 dan Imam Malik 1421).

26. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:

"Wahai Asma, sesungguhnya apabila wanita sudah mendapatkan haid (yakni, telah melewati usia kanak-kanak) maka yang layak untuk dilihat darinya hanyalah ini dan ini saja."
Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam mengisyaratkan pada wajah dan kedua telapak tangannya.

27. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:

"Dan janganlah mereka (perempuan) membentakkan kaki (atau mengangkatnya) agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan." (QS. An-Nur : 31)

28. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:

 "Siapa saja wanita yang memakai wangi-wangian kemudian melewati suatu kaum supaya mereka itu mencium baunya, maka wanita itu telah dianggap melakukan zina dan tiap-tiap mata ada zina." (HR. Nasaii ibn Khuzaimah & Hibban).

29. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:

"Hendaklah mereka (perempuan) melabuhkan kain kudung hingga menutupi dada mereka." (QS. An-Nur : 31)

30. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:

"Rasulullah melaknat perempuan yang mengikir gigi atau meminta supaya dikikir giginya." (HR. At-Thabrani)

31. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:

"Sesungguhnya kepala yang ditusuk dengan besi itu lebih baik dari pada menyentuh kaum yang bukan sejenis yang tidak halal baginya." (HR. At-Thabrani & Baihaqi)

32. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:

"Dan katakanlah kepada perempuan mukmin hendaklah mereka menundukan sebagian dari pandangannya." (QS. An-Nur : 31)

33. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:

"Barang siapa memakai pakaian yang berlebih-lebihan, maka Allah akan memberikan pakaian kehinaan dihari akhir nanti." (HR. Abu Daud)

34. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:

"Wahai anakku Fatimah! Adapun perempuan-perempuan yang akan digantung rambutnya hingga mendidih otaknya dalam neraka adalah mereka itu di dunia tidak mau menutup rambutnya daripada dilihat laki-laki yang bukan mahramnya." (HR. Bukhari & Muslim)

35. Dari Hamzah bin Abi Usaid al-Anshari, dari bapaknya, bahwa ia telah mendengar Rasulullah Shollallahu'alaihi wa Sallam bersabda kepada para wanita (saat itu beliau sambil keluar dari masjid, dan terlihat laki-laki dan wanita berbaur di jalan):

"Minggirlah kalian, karena tidak layak bagi kalian untuk berjalan di tengah. Kalian harus berjalan di pinggir." Sejak saat itu, ketika para wanita berjalan keluar, mereka berjalan ditepi tembok. Bahkan baju-baju mereka sampai tertambat di tembok, karena begitu dekatnya mereka dengan tembok ketika berjalan. (HR. Abu Daud; HASAN)

36. Dari 'Uqbah bin 'Amir rodhiyallohu'anhu, bahwa Rasulullah Shollallahu'alaihi wa Sallam:

"Berhati-hatilah dari menemui wanita."
Lalu berkata salah seorang dari Anshar:
"Wahai Rasulullah, bagaimana dengan saudara dari suami?"
Beliau bersabda:
"Saudara suami adalah kematian."

37. Dari ('Abdullah) bin 'Umar rodhiyallohu'anhu berkata:
Rasulullah Shollallohu'alaihi wa Sallam bersabda:

"Janganlah kalian melarang wanita-wanita kalian dari masjid-masjid, akan tetapi rumah-rumah mereka adalah lebih baik untuk mereka." (HR. Abu Daud dan Ibnu Khuzaimah; SHAHIH).

38. Dari 'Abdillah bin Mas'ud rodhiyallohu'anhu, dari Nabi Shollallahu'alaihi wa Sallam, beliau bersabda:

"Sesungguhnya wanita adalah aurat. Sehingga ketika ia keluar rumah, ia akan disambut oleh syaithan. Dan kondisi yang akan lebih mendekatkan dirinya dengan Rabbnya adalah ketika ia berada di rumahnya." (HR. Ibnu Khuzaimah; SHAHIH)

39. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:

"Akan ada di akhir umatku kaum lelaki yang menunggang pelana seperti layaknya kaum lelaki, mereka turun di depan pintu-pintu masjid, wanita-wanita mereka berpakaian (tetapi) telanjang, di atas kepala mereka (terdapat sesuatu) seperti punuk onta yang lemah gemulai. Laknatlah mereka! sesungguhnya mereka adalah wanita-wanita terlaknat." (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad (2/233))

40. Ahmad dari Abu Hurairoh rodhiallohu anhu dari Rosululloh shollallohu'alaihi wa sallam, beliau bersabda, yang artinya:

"Wanita itu diciptakan dari tulang rusuk, jika kamu meluruskannya. Maka kamu mematahkannya. Jadi, berlemah lembutlah terhadapnya, maka kamu akan dapat hidup bersamanya." (HR Hakim, shohih)

Hadits 33: Tanda-tanda Munafik



Hadits 33: Tanda-tanda Munafik

Pembahasan Hadits Shahih Bukharibiidznillah, kini memasuki hadits ke-33. Hadits ini masih berada di bawah Kitab Al-Iman (كتاب الإيمان).

Sebagaimana judul yang diberikan oleh Imam Bukhari " باب عَلاَمَةِ الْمُنَافِقِ", pembahasan Hadits Shahih Bukhari ke-33 ini kita beri judul "Tanda-tanda Munafik".

Berikut ini matan (redaksi) Hadits Shahih Bukhari ke-33:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi SAW bersabda, "Tanda-tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara ia berbohong, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanah ia berkhianat"

Penjelasan Hadits

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ
Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi SAW bersabda, "Tanda-tanda orang munafik ada tiga:

Hadits ini adalah hadits yang sangat populer, sekaligus hadits yang sangat penting untuk memperingatkan kita agar waspada terhadap kemunafikan; jangan sampai penyakit itu menjangkiti kita.

Munafik (المنافق) artinya adalah orang yang nifaq (النفاق). Nifaq secara bahasa berarti ketidaksamaan antara lahir dan batin. Jika ketidaksamaan itu dalam hal keyakinan, hatinya kafir tetapi mulutnya mengatakan beriman, maka ia termasuk nifaq i'tiqadi. Pada zaman Rasulullah SAW, di Madinah ada munafik-munafik jenis ini dengan gembongnya bernama Abdullah bin Ubay bin Salul. Nifaq jenis ini seperti firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah :

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آَمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ

Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian," pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. (QS. Al-Baqarah : 8)

Karena kemunafikan itu masalah hati yang tersembunyi, maka tidak seorangpun yang bisa memastikan seseorang itu munafik atau bukan. Bahkan sahabat sekaliber Umar bin Khatab pun tidak mengetahuinya. Hanya seorang sahabat yang tahu satu per satu orang-orang munafik di Madinah waktu itu. Dialah Hudzaifah Ibnul Yaman. Hudzaifah mengetahui siapa orang-orang munafik karena Rasulullah SAW memberitahukan kepadanya. Itu merupakan salah satu keutamaan Hudzaifah sehingga ia dijuluki pemegang rahasia Rasulullah.

Meskipun tidak dapat diketahui secara pasti, kemunafikan bisa diwaspadai dari tanda-tandanya. Dalam hadits ini Rasulullah SAW menjelaskaskan bahwa tanda-tanda munafik itu ada tiga.

Jika tanda-tanda munafik ini ada pada seseorang, hendaklah orang itu diwaspadai supaya tidak dijadikan pemimpin bagi umat Islam. Namun yang lebih penting, dengan memperhatikan tiga tanda-tanda munafik ini kita mewaspadai diri kita agar jangan sampai kemunafikan hinggap dalam jiwa.

Tanda Munafik yang Pertama

إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ
jika berbicara ia berbohong

Inilah tanda munafik yang pertama; gemar berbohong. Semakin sering berbohong, semakin dekat dengan kemunafikan.

Dalam hadits lain Rasulullah SAW pernah mensifati seorang mukmin. Bahwa mungkin saja seorang mukmin itu penakut, mungkin saja bakhil, tetapi tidak mungkin seorang mukmin itu pembohong.

قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيَكُونُ الْمُؤْمِنُ جَبَانًا فَقَالَ نَعَمْ فَقِيلَ لَهُ أَيَكُونُ الْمُؤْمِنُ بَخِيلًا فَقَالَ نَعَمْ فَقِيلَ لَهُ أَيَكُونُ الْمُؤْمِنُ كَذَّابًا فَقَالَ لَاََََ

Ditanyakan kepada Rasulullah Saw: “Apakah seorang mukmin bisa menjadi penakut?” Beliau menjawab: ‘Ya.” Lalu ditanya lagi: “Apakah seorang mukmin bisa menjadi bakhil?” Beliau menjawab: “Ya.” Lalu ditanyakan lagi: “Apakah seorang mukmin bisa menjadi pembohong?” Beliau menjawab: “Tidak!” (HR. Malik dari Sofwan bin Sulaim dalam Al-Muwatha')

Tanda Munafik yang Kedua

وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ
jika berjanji ia mengingkari

Inilah tanda munafik yang kedua; gemar mengingkari janji. Semakin sering mengingkari janji, semakin dekat dengan kemunafikan. Karenanya, berhati-hatilah dengan janji.

Tanda munafik yang kedua ini tidak lebih mudah dihindari daripada tanda munafik pertama. Sering kali seorang muslim sudah mampu menjaga agar perkataannya benar, menghindari berbohong, tetapi ia masih mudah berjanji padahal ia tahu dirinya sulit memenuhi janji itu. Apalagi jika seseorang menjadi pemimpin; dorongan untuk berjanji biasanya lebih besar. Maka intensitas memberikan janji semakin besar. Lihatlah praktik kampanye di zaman sekarang. Bukankah dalam satu pertemuan saja bisa dicatat sekian banyak janji? Berhati-hatilah.

Tanda Munafik yang Ketiga

وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
dan jika diberi amanah ia berkhianat
Ini tanda munafik yang ketiga; mengkhianati amanah. Semakin sering dilakukan, semakin dekat dengan kemunafikan. Semakin besar amanah yang dikhianati, semakin jelas tanda kemunafikan. Sekali lagi, meskipun kita tidak bisa memastikan.

Amanah bentuknya bisa bermacam-macam. Bisa jadi ia adalah pekerjaan atau profesi yang di dalamnya ada kewajiban yang seharusnya kita penuhi. Bisa jadi ia adalah kepemimpinan yang dipercayakan kepada kita. Bahkan titipan barang dari orang lain agar kita menjaganya, atau rahasia dari orang lain agar kita menyimpannya, semua itu termasuk amanah.

Maka, marilah kita melakukan introspeksi diri agar tidak terjerumus dalam kemunafikan. Jika selama ini kita kurang komit terhadap kejujuran, mudah mengingkari janji atau menganggap remeh amanah, marilah kita bertaubat dan memperbaiki diri.

Pelajaran Hadits

Pelajaran yang bisa diambil dari hadits ini diantaranya adalah:
1. Munafik adalah orang yang nifaq, antara lahir dan batinnya tidak sama (bertolak belakang). Yang paling parah adalah ketika secara dzahir mengatakan beriman tetapi hatinya kafir ;
2. Meskipun orang munafik tidak dapat diketahui secara pasti, namun tanda-tandanya dapat dikenali;
3. Tanda-tanda orang munafik ada tiga yaitu jika berbicara ia dusta, jika berjanji ia mengingkari dan jika diberi amanah ia berkhianat.

Demikian Hadits ke-33 Shahih Bukhari dan penjelasannya, semoga kita dilindungi Allah SWT dari kemunafikan dan orang munafik, serta dikaruniai taufiq agar terjauh dari tanda-tanda munafik. Wallaahu a'lam bish shawab.[]

Hadits Tentang Pengadu Domba Tidak Masuk Surga

Hadits Tentang Pengadu Domba Tidak Masuk Surga

Halo pecinta hadist. Baiklah pada kesempatan ini saya akan berbagi tentang hadist pengadu domba tidak masuk surga. Oke sebelum pembahasan kita lebih jauh, kita harus tau dulu apa itu adu domba. Adu domba sama juga dengan Namimah, yang artinya adalahMengadukan ucapan seseorang kepada orang lain dengan tujuan merusak. Allah mencela pelaku perbuatan tersebut dalam firmanNya, “ Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah.
 (Al-Qalam: 10-11). Hukum orang yang mengadu domba (namimah ) adalah haram. Dan ada pendapat bahwa Namimah itu adalah dosa yang paling besar di sisi Allah SWT. Di antara bentuk namimah yang paling buruk adalah hasutan yang dilakukan seorang lelaki tentang istrinya atau sebaliknya, dengan maksud untuk merusak hubungan suami istri tersebut. Demikian juga adu domba yang dilakukan sebagian karyawan kepada teman karyawannya yang lain. Misalnya dengan mengadukan ucapan-ucapan kawan tersebut kepada direktur atau atasan dengan tujuan untuk memfitnah dan merugikan karyawan tersebut. Semua hal ini hukumnya haram. Dalam hadist di bawah ini menyatakan bahwa orang yang mengadu domba tidak akan masuk surga.
Berikut hadistnya :

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةُ نَمَّامٌ

Artinya : ” Tidak Akan masuk surga pengadu domba ”. (HR. Bukhari dan Muslim)

bila ada pertanyaan yang ingin diajukan tulis di kolom bagian bawah ini

KUMPULAN HADITS SILATURRAHIM

KUMPULAN HADITS SILATURRAHIM

Kumpulan hadits silaturrahim hadits silaturrahim termasuk didalamnya kumpulan hadist pendek kumpulan hadits shahih berlomba lomba dalam kebaikan dakwah tentang silaturahmi
“Seorang mukmin terhadap mukmin (lainnya) bagaikan satu bangunan, satu sama lain saling menguatkan.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).
“Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan saling berempati bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit maka seluruh tubuh turut merasakannya dengan berjaga dan merasakan demam.” (HR. Muslim)
Rasulullah shallallahu alaihi wassalam pernah ditanya oleh seorang sahabat, “Wahai Rasulullah kabarkanlah kepadaku amal yang dapat memasukkan aku ke surga”. Rasulullah menjawab; “Engkau menyembah Allah, jangan menyekutukan-Nya dengan segala sesuatu, engkau dirikan shalat, tunaikan zakat dan engkau menyambung silaturahmi”. (HR. Bukhari)
Dari Hudzaifah Bin Yaman ra. berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wassalam. bersabda, ”Siapa yang tidak ihtimam (peduli) terhadap urusan umat Islam, maka bukan termasuk golongan mereka.” (HR. At Tabrani)
“Apabila seseorang mencintai saudaranya, hendaklah dia mengatakan cinta kepadanya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Dari Anas ra. mengatakan bahwa seseorang berada di sisi Rasulullah shallallahu alaihi wassalam, lalu salah seorang sahabat melewatinya. Orang yang berada di sisi Rasulullah shallallahu alaihi wassalam tersebut mengatakan, “Aku mencintai dia, ya Rasulullah.” Lalu Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda, “Apakah kamu sudah memberitahukan dia?” Orang itu menjawab, “Belum.” Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda, “Beritahukan kepadanya.” Lalu orang tersebut memberitahukannya dan berkata, “Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah.” Kemudian orang yang dicintai itu menjawab, “Semoga Allah mencintaimu karena engkau mencintaiku karena-Nya.” (HR. Abu Dawud)
“Janganlah kamu meremehkan kebaikan apapun, walaupun sekadar bertemu saudaramu dengan wajah ceria.” (HR. Muslim)
“Tidak ada dua orang muslim yang berjumpa lalu berjabat tangan melainkan keduanya diampuni dosanya sebelum berpisah.” (HR. Abu Dawud)
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wassalam bersabda, “Allah swt. berfirman, ‘Pasti akan mendapat cinta-Ku orang-orang yang mencintai karena Aku, keduanya saling berkunjung karena Aku, dan saling memberi karena Aku’.” (HR. Imam Malik dalam Al-Muwaththa’)
Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda, “Barangsiapa bertemu saudaranya dengan membawa sesuatu yang dapat menggembirakannya, pasti Allah akan menggembirakannya pada hari kiamat.” (HR. Thabrani)
Dari Anas bahwa, “Hendaklah kamu saling memberi hadiah, karena hadiah itu dapat mewariskan rasa cinta dan menghilangkan kekotoran hati.” (Thabrani)
Dari Thabrani meriwayatkan, dari Aisyah ra. bahwa, “Biasakanlah kamu saling memberi hadiah, niscaya kamu akan saling mencintai.”Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda, “Siapa yang melepaskan kesusahan seorang mukmin di dunia niscaya Allah akan melepaskan kesusahannya di akhirat. Siapa yang memudahkan orang yang kesusahan, niscaya Allah akan memudahkan (urusannya) di dunia dan di akhirat. Siapa yang menutupi (aib) seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi (aibnya) di dunia dan di akhirat. Dan Allah selalu menolong hamba-Nya jika hamba tersebut menolong saudaranya.” (HR. Muslim)
“Maukah kalian aku tunjukkan akhlak yang paling mulia di dunia dan diakhirat? Memberi maaf orang yang mendzalimimu, memberi orang yang menghalangimu dan menyambung silaturrahim orang yang memutuskanmu” (HR. Baihaqi)
“Barangsiapa yang ingin dipanjangkan usianya dan dibanyakkan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali persaudaraan” (H.R. Bukhari-Muslim)
“Maukah kalian aku tunjukkan amal yang lebih besar pahalanya daripada salat dan saum?” Sahabat menjawab, “Tentu saja!” Rasulullah pun kemudian menjelaskan, “Engkau damaikan yang bertengkar, menyambungkan persaudaraan yang terputus, mempertemukan kembali saudara-saudara yang terpisah, menjembatani berbagai kelompok dalam Islam, dan mengukuhkan ukhuwah di antara mereka, (semua itu) adalah amal saleh yang besar pahalanya. Barangsiapa yang ingin dipanjangkan usianya dan dibanyakkan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali persaudaraan” (H.R. Bukhari-Muslim)
“Sesungguhnya Rahmat itu tidak diturunkan kepada kaum yang di dalamnya ada seorang pemutus keluarga.” (HR. Bukhari)
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah menyambung keluarga (silaturahmi).” (HR. Bukhari)
“Tidak masuk surga orang yang memutus keluarga.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits Tentang Kebersihan

 Agama dan ajaran Islam menaruh perhatian amat tinggi pada kebersihan, baik lahiriah fisik maupun batiniyah psikis. Kebersihan lahiriyah itu tidak dapat dipisahkan dengan kebersihan batiniyah. Oleh karena itu, ketika seorang Muslim melaksanakan ibadah tertentu harus membersihkan terlebih dahulu aspek lahiriyahnya. Ajaran Islam yang memiliki aspek akidah, ibadah, muamalah, dan akhlak ada kaitan dengan seluruh kebersihan ini. Hal ini terdapat dalam tata cara ibadah secara keseluruhan. Orang yang mau shalat misalnya, diwajibkan bersih fisik dan psikhisnya. Secara fisik badan, pakaian, dan tempat salat harus bersih, bahkan suci. Secara psikhis atau akidah harus suci juga dari perbuatan syirik. Manusia harus suci dari fahsya dan munkarat.
A.   Hadis tentang kebersihan

عَنْ سَعْدِبْنِ اَبِى وَقَّاصٍ عَنْ اَبِيْهِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِنَّ اللهَ طَيِّبٌ يُحِبُّ الطَّيِّبَ نَظِيْفٌ يُحِبُّ النَّظَافَةَ كَرِيْمٌ يُحِبُّ الْكَرَمَ جَوَادٌيُحِبُّ الْجَوَادَفَنَظِّفُوْااَفْنَيْتَكُمْ

”An sa’dibni abi waqqasin ’an abihi ’aninnabiyyi sallallahu ’alaihi wasallama innallaha tayyibun yuhibbuttayyiba nadifun yuhibbunnadifa karimun yuhibbulkarama jawadun yuhibbuljawada fanaddifu afnaitakum”. (HR. At- Turmudi)
Artinya : ”Sesungguhnya Allah Ta’ala itu baik (dan) menyukai kebaikan, bersih (dan) menyukai kebersihan, mulia (dan) menyukai kemuliaan, bagus (dan) menyukai kebagusan. Oleh sebab itu, bersihkanlah lingkunganmu”. (HR. At- Turmudzi)

اَلاِسْلاَمُ نَظِيْفٌ فَتَنَظَّفُوْافَاِنَّهُ لاَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ اِلاَّ نَظِيْفٌ

”Al- islamu nadifun fatanaddafu fainnahu la yadkhululjannata illa nadifun”. (HR. Baihaqiy)
Artinya : ”Agama Islam itu adalah agama yang bersih atau suci, maka hendaklah kamu menjaga kebersihan. Sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang suci”. (HR. Baihaqiy)
B.   Isi Kandungan hadis
  1. Bahwasanya Allah swt adalah zat yang baik, bersih, mulia, dan bagus. Karena Allah swt menyukai hal-hal yang demikian. Sebagai umat Islam, maka kamu harus memiliki sifat yang demikian pula terutama dalam hal kebersihan lingkungan tempat tinggal.
  2. Agama Islam adalah agama yang lurus dan bersih dari ajaran kesesatan. Dengan demikian pemeluk agama Islam harus memiliki pola perilaku yang bersih dan hati yang suci dari perkara hawa nafsu. Sebab seseorang yang demikian dijanjikan oleh Allah swt akan masuk surga.
C. Hadits lainnya Seputar Kebersihan

اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: بَيْنَمَارَجُلٌ يَمْشِى بِطَرِيْقٍ وَجَدَ غُصْنَ شَوْكٍ فَأَخَذَهُ فَشَكَرَاللهُ لَهُ فَغَفَرَلَهُ 

  • ”Anna rasulallahi sallallahu ’alaihi wasallama qala bainama rajulun yamsyi bitariqin wajada gusna syaukin fa akhadahu fasyakarallahu lahu fagafaralahu”.(HR. Bukhari)
  • Artinya : “Bahwsanya Rasulullah saw bersabda, ”Ketika seorang laki-laki sedang berjalan di jalan, ia menemukan dahan berduri, maka ia mengambilnya (karena mengganggunya). Lalu Allah swt berterima kasih kepadanya dan mengampuni dosanya”. (HR. Bukhari)

عَنْ اَبِى مَالِكْ الْحاَرِثِ بْنِ عَاصِمِ اْلاَشْعَرِيِّ قَالَ:قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الطَّهُوْرُ شَطْرُاْلاِيْمَانِ وَالْحَمْدُللهِ تَمْلاَءَ الْمِيْزَانِ وَسُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ للهِ تَمْلانَ اَوْ تَمْلاَءَ مَابَيْنَ السَّمَاءِ وَاْلاَرْضِ وَالصَّلاَةُ نُوْرٌوَالصَّدَقَةُبُرْهَانٌ وَالصَّبْرُضِيَاءٌوَالْقُرْأَنُ حُجَّةٌ لَكَ هُوَ عَلَيْكَ اَلُ الناَّسِ يَغْدُو فَبَائِعُ نَفْسِهِ فَمُعْتِقُهَااَوْمُوْبِقُهَا     رواه مسلم

  • “An abi malikilharisibni ‘asimil asy’ariyyi qala qala rasulullahi sallallahu ‘alaihi wasallam attahuru syatrulimani walhamdulillahi tamla almizani wasubhanalli walhamdulillahi tamla ani au tamla a ma bainassamai walardi wassalatu nurun wassadaqatu burhanun wassabru diyaun walqur’anu hujjatun laka huwa ‘alaika alunnasi yagdu fabaiu nafsihi famu’tiquha au mubiquha”. (HR. Muslim)
  • Artinya : Dari Abu Malik al-Haris ibn `Asim al-Asya’arie r.a. beliau berkata : Rasulullah saw telah bersabda : Kebersihan itu sebagian daripada iman. Ucapan zikir Al- Hamdulillah memenuhi neraca timbangan. Ucapan zikir Subhaanallah dan Al- Hamdulillah kedua-duanya memenuhi ruangan antara langit dan bumi. Salat itu adalah cahaya. Sedekah itu adalah pelita. Sabar itu adalah sinaran. Al- Qur’an itu adalah hujah bagimu atau hujah atasmu. Setiap manusia keluar waktu pagi, ada yang menjual dirinya, ada yang memerdekakan dirinya dan ada pula yang mencelakakan dirinya. (HR. Muslim)

Hadits-hadits Menjaga Lidah, Lisan atau Perkataan

Hadits-hadits Menjaga Lidah, Lisan atau Perkataan

Menjaga Lidah atau Lisan, Segala puji bagi Alloh yang telah menciptakan lidah. Dengan lidah kita dapat berkomunikasi dan menentukan rasa. Dengan lidah ini juga kita bisa membuat lawan bicara kita menjadi tergerak kepada kebaikan ataupun keburukan, membuat lawan bicara tersenyum bahagia ataupun menangis menahan perih.
Berikut adalah hadits-hadits berkenaan dengan menjaga lidah (lisan), perkataan, semoga bisa menjadikan pembelajaran atau tadzkiroh atau renungan bagi kita semua. Jazakumulloh khairon katsiron.

HADITS-HADITS MENJAGA LIDAH (LISAN)

Dari Abu Hurairah ra., Rosululloh Muhammad saw. bersabda:
“Barangsiapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau – kalau tidak dapat berkata yang baik, hendaklah ia berdiam diri saja” (Muttafaq ‘alaih, Kebanyakan Ulama Hadits)
Dari Sahl bin Sa’ad ra., Rosululloh Muhammad saw bersabda:
“Barangsiapa yang dapat memberikan jaminan kepadaku tentang kebaikannya apa yang ada di antara kedua tulang rahangnya – yakni mulut atau lidah – serta antara kedua kakinya – yakni kemaluannya, maka saya memberikan jaminan syurga untuknya” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya ia mendengar Rosululloh Muhammad saw bersabda:
“Sesungguhnya seseorang hamba itu niscayalah berbicara dengan suatu perkataan yang tidak ia fikirkan – baik atau buruknya -, maka dengan sebab perkataannya itu ia dapat tergelincir ke neraka yang jaraknya lebih jauh daripada jarak antara sudut timur dan sudut barat” (Muttafaq ‘alaih)

Hadits Menjaga Lidah (Lisan) Hasan Shohih

Dari Abu Abdur Rahman yaitu Bilal bin al-Harits al-Muzani ra. bahwasannya Rosululloh Muhammad saw bersabda:
“Sesungguhnya seseorang itu niscayalah berkata dengan suatu perkataan dari apa-apa yang diridhoi oleh Alloh Ta’ala, ia tidak mengira bahwa perkataan itu akan mencapai suatu tingkat yang dapat dicapainya, lalu Alloh mencatat untuknya bahwa ia akan memperoleh keridhoan-Nya sampai pada hari ia menemui-Nya -yakni hari kematiannya atau pada hari kiamat nanti. Dan sesungguhnya seseorang itu niscayalah berkata dengan suatu perkataan dari apa-apa yang menjadikan kemurkaan Alloh, ia tidak mengira bahwa perkataan itu akan mencapai suatu tingkat yang dapat dicapainya, lalu Alloh mencatatkan untuknya bahwa ia akan memperoleh kemurkaan-Nya sampai pada hari ia menemui-Nya” (Diriwayatkan oleh Malik dalam kitab Al-Muwaththa’ dan juga oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadits hasan shohih)
Dari Ibnu Umar ra., katanya: “Rosululloh Muhammad saw. bersabda:
“Janganlah engkau semua memperbanyak kata, selain untuk berzikir kepada Alloh Ta’ala, sebab sesungguhnya banyaknya pembicaraan kerasnya hati dan sesungguhnya sejauh – jauh manusia dari Alloh ialah yang berhati keras”, yakni enggan menerima petunjuk baik. (Hadits Riwayat Tirmidzi)
Dari Anas ra., katanya: “Rosululloh Muhammad saw. bersabda:
“Ketika saya dimi’rajkan, saya berjalan melalui suatu kaum yang mempunyai kuku-kuku dari tembaga yang dengan kuku-kuku tadi mereka menggaruk-garukkan muka serta dada-dada mereka sendiri. Saya bertanya: “Siapakah mereka itu, hai Jibril?” Jibril menjawab: “Itulah orang-orang yang makan daging sesama manusia -yakni mengumpat – dan menjatuhkan kehormatan mereka” (Hadits Riwayat Abu Dawud)
Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya Rosululloh Muhammad saw bersabda:
“Setiap Muslim atas sesama Muslim itu haramlah darahnya, kehormatannya serta hartanya – yakni haram dilanggar” (Hadits Riwayat Muslim)

Hadits Pentingnya Menjaga Lidah (Lisan)

Mu’adz bin Jabal radhiyallohu ‘anhu berkata: Saya pernah bersama Nabi Muhammad Sholallohu ‘alaihi wasallam dalam suatu perjalanan. Pada suatu pagi ketika kami sedang berjalan, aku berada didekat beliau, maka aku berkata :”Wahai Rosululloh kabarkanlah kepadaku suatu amalan yang dapat memasukkan aku ke dalam Surga dan menjauhkan aku dari Neraka”
Maka beliau bersabda: “Sungguh engkau telah bertanya kepadaku tentang perkara yang begitu besar akan tetapi akan terasa mudah bagi orang-orang yang dimudahkan oleh Alloh, engkau beribadah kepada Alloh dan tidak menyekutukannya dengan suatu apapun, engkau mendirikan sholat, menunaikan zakat, berpuasa dibulan Rmadhan dan melaksanakan ibadah haji” (Rukun Islam)
Kemudian beliau Nabi Muhammad Sholallohu ‘alaihi Wasalam bersabda: “Maukah aku tunjukkan kepadamu pintu-pintu kebaikan?”
Saya katakan: “Tentu wahai Rosululloh”
“Berpuasa adalah perisai, sedekah dapat memadamkan dosa-dosa sebagaimana air dapat memadamkan api, demikian juga sholat seseorang ditengah malam, kemudian beliau membacakan ayat, ‘…lambung-lambung mereka jauh dari tempat tidur mereka…’ hingga ‘…apa yang telah mereka kerjakan'” (QS. As-Sajdah ; 17)
Kemudian beliau bersabda: “Maukah aku tunjukkan urusan yang terpenting, tiang-tiang penyangganya, dan puncak tertingginya?”
Saya katakan: “Tentu wahai Rosululloh”
Maka beliau bersabda: “Urusan terpenting adalah Islam, tiang penopangnya adalah sholat sedangkan puncak tertingginya (atapnya) adalah jihad”
Kemudian lanjutnya: “Maukah aku kabarkan kepadamu tentang kunci semua itu?”
Saya menjawab: “Tentu wahai Rosululloh”
Maka beliau memegang lidahnya, lalu bersabda: “Jagalah olehmu ini!”
Aku bertanya: “Wahai Nabi Alloh, apakah kami akan disiksa dengan sebab perkataan yang kami ucapkan?”

Beliau menjawab: “Ibumu kehilangan kamu ya Mu’adz, bukankah orang-orang itu tersungkur di Neraka diatas wajah-wajah mereka atau diatas hidung-hidung mereka, tidak lain disebabkan oleh ulah lisan-lisan mereka?” (Hadits Riwayat Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibnu Majah, Hadits Hasan Shohih dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Al-Irwa’)

Hadits, Dalil Menjaga Pandangan Mata dan Kemaluan dari Fitnah

Allah Azza wa Jalla, ketika memerintahkan untukmenahan atau menjaga pandangan dan kemaluan, bukanlah berarti Dia meminta kepada manusia untuk berjalan di jalan raya dengan memejamkan kedua matanya agar terpeleset di jalan atau menabrak dinding Oleh karena itu, sesungguhnya kita dapat menemukan arahan Tuhan yang memerintahkan agar menjaga dan menahan penglihatan dan bukan memejamkan penglihatan kita secara keseluruhan. Sehingga, dengan demikian Allah akan menghilangkan kesulitan dan kesusahan kita.
 
Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman :  

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat." (Qs. An- Nuur (24): 30)

Kemudian Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman lagi, "Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannyn, kecuali yang (biasa) Nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya.” (Qs. An- Nuur (24): 31)

Islam, ketika memerintahkan kita untuk menahan pandangan, maka sesungguhnya dia itu menjaga jiwa manusia. Barang siapa yang menggunakan penglihatannya untuk memandang semua yang ada di sekelilingnya, maka hatinya akan merasa lelah. Barang siapa yang banyak pandangannya, maka banyak pula waktu-waktunya yang telah hilang dan kelelahannya pun akan semakin berkepanjangan.
Perhatikanlah  seorang pemuda dengan segala kegelisahannya, dia akan keluar rumah untuk meraba-raba dijalan-jalan dengan tujuan untuk mengikuti pandangannya secara terus menerus silih berganti.

Apakah kamu yakin bahwa hal itu akan menciptakan ketentraman seksualitas?
Sekali-kali tidak akan pernah terjadi.
    Akan tetapi  justru hal itu akan membuat api seks semakin menyala.
        Malam dan siangnya akan terus menerus merampas hati dan mencerai-beraikan pikirannya.

Karena, dia akan selalu mengkhayalkan gambar yang menggiurkan dengan sifatnya yang begini dan begitu, serta berpikir bagaimana untuk menemukannya? Di mana? Dan kapan? Secara alamiah, tidaklah setiap orang yang melihatnya akan dapat mendapatkannya. Dan sahabat kita yang dernikian itu selamanya akan tersesat di dalam mimpi-mimpinya pada siang hari. Dan dia juga akan berangan-angan dengan cita-cita yang bathil. Dan pada akhirnya dia menyandarkan keterbatasan dirinya itu dari kertas-kertas yang diberikan oleh peramal. Hal seperti ini seperti dikatakan oleh seorang penyair:

Apabila engkau melepaskan pandanganmu untuk mencari kepuasan hati
 Pada satu saat pandangan-pandangan itu akan menyusahkanmu juga 
Engkau tidak mampu melihat semua yang kau lihat 
Tetapi untuk sebagiannya maka engkau tidak bisa tahan

Sesungguhnya dalam kemampuan yang dimiliki oleh setiap pemuda akan mengalir pandangan kepada setiap perempuan yang dihadapinya dan juga akan menjerumuskan dirinya kedalam lumpur seksualitas dengan cara apapun.

Akan tetapi, apakah kamu yakin bahwa keterjerumusan itu di anggap sebagai pemberani?
Dan apakah kamu juga yakin bahwa hilangnya kekuasaan atas jiwa itu di anggap sebagai kejantanan?

Sekali kali tidak akan pernah terjadi. Sebab kalau hal itu di anggap sebagai keberanian dan kejantanan, maka setiap orang yang terjerumus dan yang bodoh pastilah akan menjadi seorang pahlawan.

Sesungguhnya, ketika sebuah pesawat terbang akan terbang ke ruang udara yang lebih tinggi, maka semua peralatan dan persiapan yang ada di dalamnya akan bertindak dengan segala kemampuan dan kekuatannya. Sehingga, pesawat itu akan menjadi kokoh dan tenang dalam menghadapi terjangan dan terpaan angin yang kencang. Dengan demikian pesawat itu akan dapat naik dan melayang di udara. Adapun apabila terjadi kekacauan di dalam peralatan atau persiapan-persiapan yang ada, maka suatu waktu pesawat itu akan (turun) ke bumi. Dan keterjerumusan itu selamanya akan berakhir dengan bencana atau malapetaka.

Seorang pemuda di anggap kuat apabila dia mampu melawan nafsu syahwat dan kelemahannya, meningkat dan berkembang serta melayang di angkasa keutamaan. Selain itu juga dapat merealisasikan kejantanan dan mengokohkan keberaniannya. Dengan demikian dia akan merasakan kelezatan yang agung di dalam sanubarinya, kelezatan kemenangan atas hawa nafsu dan kelezatan kemenangan atas kelemahan serta kelezatan keberhasilan dalam memaksa nafsu syahwat yang memperbudak orang lain. Karena apabila orang itu sudah diperbudak oleh hawa nafsu maka mereka akan bersujud di bawah tekanannya yang gila sebagai hasil kelemahan semangat mereka.

Kelezatan ini adalah kelezatan yang di ungkapkan di dalam hadits Qudsi tentang manisnya iman.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda dalam hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh Allah Azza wa Jalla,'
'
"Penglihatan adalah bagaikan anak panah beracun yang dilepaskan dari busur panah Iblis. Barangsiapa meninggalkannya karena takut kepadaku, maka aku akan memberikan suatu ketenangan yang kemanisannya itu dapat ia rasakan di dalam hatinya." (Hadits riwayat Ahmad dan Ath-Thabari)
Seorang penyair berpuisi tentang kuat dan kerasnya keinginan ini:

Bukanlah keberanian orang yang melindungi binatang yang dikendarainya pada saat peperangan sedang menyala.

Akan tetapi, pemuda yang menahan lirikan atau menahan penglihatan dari haram itulah penunggang kuda yang pemberani. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendidik shahabat-shahabatnya dengan pendidikan yang luhur. Beliau shallallahu alaihi wa  sallam bersabda,

“Hai  'Ali, jangan sampai pandangan yang satu mengikuti pandangan yang     lainnya. Kamu hanya boleh pada pandangan yang pertama, adapun yang     berikutnya tidak boleh." (Hadits riwayat At-Turmudzi dan Abu Dawud.

Dan ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya oleh jabir bin Abdillah tentang pandangan yang datang secara tiba-tiba, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Palingkanlah pandanganmu itu." Dikeluarkan oleh Muslim, At-Turmudzi dan Abu Dawud

Apabila kita telah mengetahui hal itu, maka bukanlah suatu hal yang aneh apabila seorang pemuda itu dapat memenangkan pertarungan melawan hawa nafsunya dan dapat memaksa syaithannya untuk menahan pandangan menempati martabat seorang mukmin yang khusyu’ hatinya dan seorang yang bergetar jiwanya karena takut kepada Allah, sehingga mengalirlah air mata dari kedua matanya. Dan apabila dia berada di dalam sebuah tentara yang ditempatkan di dalam benteng-benteng orang-orang muslim maka dia akan menjaganya dengan sungguh-sungguh. Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Ada tiga orang yang api neraka tidak akan melihat kepada mata mereka; mata yang memelihara dijalan Allah, mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang menahan dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah." (Hadits riwayat Ath-Thabarani)

Seolah-olah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melihat kepada masyarakat-masyarakat pada akhir zaman dari cerita-cerita ghaib, maka beliau menjumpai orang-orang yang sedang bermalas-malasan dan orang-orang yang sedang duduk-duduk di kedai kopi, dan mereka menangkap semua bau para gadis dengan pandangan mereka yang berani dan mereka juga melontarkan kata-kata yang cabul. Maka peringatan Rasulullah ini diarahkan kepada mereka, beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

Hindarilah oleh kalian duduk-duduk di jalan. Para shahabat bertanya, Ya Rasulullah, kami tidak memiliki tempat lain untuk bercakap-cakap. Maka Rasulullah menjawab, Apabila kalian enggan untuk meninggalkannya, maka berikanlah hak jalan. Mereka bertanya lagi, apa hak jalan itu wahai Rasulullah? Kemudian Rasulullah menjawab, Menahan pandangan, menahan gangguan, menjawab salam, menganjurkan kebaikan dan mencegah yang munkar. Mutafaq Alaih